Sabtu, 09 Juni 2018

Aliran rasa game level 11

Luar biasa ....nyesek rasanya banyak waktu terlewati untuk mempersiapkan terutama kakak di usia pre aqil baligh. ..
Menjalani diskusi dari presentasi ke presentasi membuat saya makin merasa banyak kurangnya...hiks.. .
Alhamdulillah setidaknya terbuka pikiran ttg menumbuhkan fitrah seksualitas anak
Bismillah ...semoga istiqomah utk bs mengaplikasikannya...

Ayah...we need you also :)



#aliranrasa
#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Sabtu, 02 Juni 2018

Pola Asuh Orang Tua Dalam Mendidik Fitrah Seksualitas Anak

Dalam mendidik fitrah seksualitas anak, pola asuh orang tua akan sangat berpengaruh dalam kehidupan anaknya sehingga orang tua perlu memahami bagaimana pola asuh yang baik dalam memunculkan fitrah seksualitas anak laki2 dan anak perempuan. Baik Ayah maupun Ibu, masing2 berbagi sesuai perannya masing2.

Revieew diskusi :
*Sikap ayah itu adalah tegas, sbg pemegang kendali dan qowwam (pemimpin)*

Gmn dg sikap ayah yg mungkin dlm menegur anak lebih keras, bisa dikatakan mendekati marah, suara meninggi, langsung dg perbuatan, menjelaskn alasannya nanti klo hati sdh reda. Tp kalo dlm pandngan ibu sikap itu sebenarnya sdh masuk kata marah..padahal klo mnurut ayah itu tegas..
Mungkin juga karena kondisi ayah yg cape, kurang sabar dibandingkan ibu akhirnya menegur anak dg cara yg sy sbutkan td.

1⃣ Sebaiknya kita bedakan dengan jelas antara tegas dan marah (galak), sehingga bisa ambil sikap lebih baik apakah sebaiknua ibu yang menegur si anak dan biarkan ayah tenang terlebih dahulu.

Berikut perbedaan tegas dan galak dikutip dari web hipwee.com
1. Tegas menunjukkan pendirian dengan alasan logis. Sementara galak adalah sikap marah yang kadang tak punya dasar
2. Tegas mengucapkan hal-hal yang bersifat membangun, sedangkan galak hanya mengandalkan kata-kata pedas dan menyakitkan hati.
3. Sikap tegas selalu mempertimbangkan keadaan sekitar tanpa amarah. Sementara galak biasanya mengedepankan emosi tiap kali ada masalah
4. Sikap tegas jelas akan mempertimbangkan dua sisi. Lain lagi dengan galak yang hanya mementingkan diri sendiri.
5. Ketegasan buatnya memandang lebih jauh lagi. Sementara galak jelas tak peduli dengan apa yang terjadi di kemudian hari.
6. Dengan ketegasan, seseorang bisa belajar sebagai sosok pemimpin di kemudian hari. Sementara galak justru buat pribadinya tak berkembang sama sekali.
2⃣ orang tua perlu menjalin komunikasi dg anak,tanya bgmn pandangan anak tentang ayahnya? apakah dia jg merasakan kalau ayahnya galak atau lebih ke tegas?
3⃣ coba jalin komunikasi dg suami.tanyakan pd suami, menurut suami, selama ini bgmn pola asuhnya? apa kelebihan dan kurangannya?minta jg masukan pd suami tg pola asuh kita shg bisa saling mengevaluasi diri masing2.

4⃣ mengenai pola asuh ini, bisa jd secara tidak sadar adalah "bawaan" dr cara pola asuh ortu kita. bisa jd saat kita kecil dl,ada luka yg tdk sengaja ditorehkan oleh ortu dan tdk sadar terbawa sampai skrg. jk memang ada, ajak suami bersama2 memaafkan ortu,krn ortu pasti sdh berusaha sebaik mgkin,namun sbg manusia pasti tdk ada yg sempurna.mari bersama2 memaafkan kesalahan ortu kita terdahulu agar ke depannya kita lebih ringan dlm melangkah

5⃣ kalau letih bekerja,mgkin bisa disarankan utk meluangkan waktu sekitar 10-15 menit bagi pak suami utk beristirahat.misalnya, diam dl di kendaraan atau putar2 kendaraan sblm benar2 masuk rumah.harapannya ketika masuk rumah,pak suami sdh dalam keadaan yg fresh dan siap membersamai anak.

Kalau kondisi pengasuhan sdh terlanjur  memberikan kebebasan kepada anak atau bisa juga dikatakan terlalu memanjakan anak di masa pertumbuhnnya kemudian terlihat dampaknya saat dewasa.. bagaimana cara membenahinya?
Contoh kasus : Tidak bisa mngelola uang, mandi, sholat, bangun tidur masih disuruh
Masih banyk pendampingan orang tua pdahl dia sdh umur 20an.

Dari contoh kasus diatas berarti ada fitrah anak yang tercederai. Karena apabila fitrah tumbuh paripurna maka anak ketika memasuki >14 tahun akan aqil dan baligh bersamaan.

Langkah2 yg diperlukan untuk mengobati fitrah yang tercederai antara lain :
1⃣ memohon ampun dan bertaubat kepada Allah atas kekhilafan telah mencederai fitrah anak.

2⃣ berdoa pada Allah agar Allah mengembalikan fitrah anak kita.

3⃣ orang tua perlu mengajak anak berdiskusi, knp hal2 tsb bisa terjadi?

4⃣ ortu perlu meminta maaf kpd anak jika sdh menorehkan luka di hati anak shg fitrahnya tdk terpenuhi.


Gmn ya cara belajar pengasuhan yg benar? Banyak teori tp dlm aplikasi ada aja yg kurang bahkan khilaf.

Memang benar banyak sekali teori dalam pengasuhan anak. Menurut kami, sebenarnya dasar dr semua teori pengasuhan adalah rasa cinta kasih kita kepada anak disertai rasa tanggung jawab menjaga rezeki dr Allah.

Setiap teori pengasuhan dapat dipelajari dan diterapkan sesuai dengan kondisi masing masing keluarga, visi dan misi yang telah disepakati tiap keluarga juga akan mempengaruhi cara pengasuhan.

sebagai ortu yg jg manusia, tentunya tdk luput dr kesalahan. Cara pengasuhan kita yang salah dan telah kita jalankan pasti butuh waktu dan proses untuk memperbaikinya.

jika melakukan ksalahan, langkah pertama adalah *menyadari bahwa kita salah*,lalu berusaha utk *menurunkan ego* dan *meminta maaf* kpd anak.

setelah itu, luruskan niat lagi,sambil terus meminta kepada Allah agar terus dimudahkan dan diberi petunjuk dlm pengasuhan.

Orang tua sebaiknya terus belajar, sehingga dapat mengetahui mana yang benar dan salah dalam pengasuhan, mana yang baik dan tidak.  Harapannya dengan ilmu yang didapat serta atas ijin Allah, kita dapat memperbaiki cara pengasuhan kita terhadap anak.

Bagaimana cara membenahi pola asuh dan pola pikir suami terhadap anak, sedangkan suami pola asuh yang terlalu memanjakan anak sedangkan kita (istri) dalam memberikan sesuatu atau keinginan ga langsung mudah diturutin.

 yuk kita memulai komunikasi produktif dengan suami. Seperti materi pertama kita di kelas ini FoE & FoR kita dan suami tidaklah sama jadi kejadian perbedaan pola asuh antara suami-istri kerap terjadi dimana-mana. Repotnya lagi kebanyakan para suami ini tidak suka dinasehati apalagi dikuliahi 😅
Nah bagaimana membenahinya? Kita pakai mantra#1 *perbanyak main bareng, ngobrol bareng, aktivitas bareng.*
Bisa dengan mencoba memulai membuka forum hangat,  sambil minum teh hangat berdua suami, membahas kesepakatan pola asuh bersama. Mendengarkan alasan masing masing tentang pola asuh yg berbeda,  dan berdiskusi agar pola asuh bisa sepaham antara ibu dan ayah.
Karena apabila terus dibiarkan akan terjadi dualisme pola asuh. Anak akan cenderung mendekati ayah agar keinginannya terpenuhi. Kalau sudah begitu sang ibu akan menjadi "ibu tiri".

Sebagai istri kita jg perlu mengomunikasikan peran ayah sebagai sosok maskulin, Tegas. Karena sosok laki-laki sejatinya adalah pemimpin keluarga. Kalau ayah tidak tegas, maka otoritas yang seharusnya dimiliki orangtua dan jadi panutan anak, lambat laun bisa lenyap. Ketika otoritas menghilang, anak bisa kehilangan sosok pemimpin.

Bagaimana peran ibu dalam menguatkan si anak perempuan yg ingin dekat dengan ayahnya,  namun ayahnya justru tidak terlalu peduli dan menyerahkan semua urusan pada si ibu?
Pertanyaan no. 6⃣
Dan bagaimana juga,  jika berlaku utk si anak laki2....
Bagaimana menyikapinya dg perbedaan seksualitas ini...

1⃣ Perlu ditanyakan kpd ayahnya,mengapa beliau tdk peduli?
krn tidak mau kah? atau krn belum tahu caranya?(krn sebagian besar ayah tdk tahu bgmn cara bermain atau mendekati anaknya)

Kalau tidak mau,coba tanyakan apa alasannya?

kalau blm tahu caranya, mungkin di awal bunda bisa mencontohkan bagaimana sih cara berinteraksi dg anak. bisa jg mmbocorkan "informasi2" seperti, anak bunda sukanya aktivitas apa, atau suka makanan apa,dsb.

2⃣ kalau boleh tahu, berapakah usia putri husna?
Secara teori FBE yg dipaparkan oleh kelompok sebelumnya, ada tahapan usia dimana anak putri harus dekat dg ayahnya. Apabila tahapan ini terlewatkan maka anak putri cenderung mudah pacaran karena ia tidak mendapat figur laki-laki yang baik sebagai standarnya mencari teman lawan jenis.
*A father is a daughter's first love.*  Mari jadikan ayah cinta pertama putrinya.

3⃣ Ibu sebaiknya berdiskusi dg ayah,  serta mengingatkan kembali amanah menjadi orang tua.
Paparkan efek positif dan negatif yang didapat dengan menjalin kedekatan ayah dengan anak.

Tulisan berikut bisa menjadi bahan diskusi bersama suami :
 Di dalam alquran yang banyak  berdialog penanaman akidah terhadap anak dimulai oleh ayah. Dalam QS. Luqman : 13 jelas terlihat bahwa Luqman sedang menasehati anaknya, "Yaa bunayya..laa tusyrik billah. Inna syirka ladzulmun adziim". Sebagai ayah, Luqman menanamkan *pondasi agama (akidah), syariah, ibadah, dakwah dan akhlaq mulia.* Rangkaian pelajaran berupa nasihat itu dituturkan hingga ayat 19.
 ...                                      Ada hal-hal yg tdk bisa dilakukan istri utk membentuk sebuah karakter. Apa itu? Karakter *kepemimpinan, jiwa petarung, kelelakian/kebapakan, kematangan emosional.* Anak laki-laki yg dididik hanya oleh ibu di usia balitanya, cenderung memiliki emosional yg tak stabil. Kenapa? Karena berbeda ikatan emosional ibu dan ayah. Ikatan emosional ibu cenderung pada kasih sayang dan lemah lembut. Sedangkan, menanamkan sikap disiplin dan mandiri sangat dibutuhkan peran ayah membentuknya. Ayah akan menampilkan emosional pemberani, tak cengeng.

Maka, anak butuh dekat dengan ayahnya. Agar ia bisa mengenal gendernya sejak dini. Membedakan aktivitas-aktivitasnya dgn anak perempuan.
.

Faktanya, yang terjadi justru terbalik. Ayah merasa cukup hanya mencari nafkah saja. Rumah baginya tempat untuk istirahat dari penatnya suasana kerja. Tak jarang, mereka lebih suka sibuk refreshing dgn gadgetnya daripada sekedar bermain dgn anak, menggambarkan mobil-mobilan, main kejar-kejaran, jalan-jalan, memperbaiki mainan, dll.

Padahal, aktivitas yg dianggap sepele bersama anak tadi sangat luar biasa hasilnya.

Entah kenapa, yang ramai belajar parenting itu adalah ibu. Padahal, seharusnya ayah juga lebih butuh, kan?

Sebaiknya memang ada sinergisitas antara peran pengasuhan ayah dan ibu. Agar generasi pemimpin nan cemerlang yg diharapkan lahir dari rumah kita.



#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

11 Poin Pendidikan Seks untuk Anak

Beberapa tips pendidikan seks untuk anak, tulisan Zulia Ilmawati, Psikolog Pemerhati Masalah Anak dan Remaja dalam tulisannya Pendidikan Seks Untuk Anak-anak:

1. Menanamkan rasa malu pada anak

Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak, walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar mandi, berganti pakaian, dan sebagainya. Dan membiasakan anak untuk selalu menutup auratnya.

2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak perempuan.

Berikan pakaian yang sesuai dengan jenis kelamin anak, sehingga mereka terbiasa untuk berprilaku sesuai dengan fitrahnya.

Mereka juga harus diperlakukan sesuai dengan jenis kelaminnya. Ibnu Abbas ra. berkata:
Rasulullah saw. melaknat laki-laki yang berlagak wanita dan wanita yang berlagak meniru laki-laki. (HR al-Bukhari).

3. Memisahkan tempat tidur mereka

Usia antara 7-10 tahun merupakan usia saat anak mengalami perkembangan yang pesat. Anak mulai melakukan eksplorasi ke dunia luar. Anak tidak hanya berpikir tentang dirinya, tetapi juga mengenai sesuatu yang ada di luar dirinya.

Pemisahan tempat tidur merupakan upaya untuk menanamkan kesadaran pada anak tentang eksistensi dirinya. Dengan pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda jenis kelamin, secara langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya tentang eksistensi perbedaan jenis kelamin.

4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu)

Tiga ketentuan waktu yang tidak diperbolehkan anak-anak untuk memasuki ruangan (kamar) orang dewasa kecuali meminta izin terlebih dulu adalah: sebelum shalat subuh, tengah hari, dan setelah shalat isya. Dengan pendidikan semacam ini ditanamkan pada anak maka ia akan menjadi anak yang memiliki rasa sopan-santun dan etika yang luhur.

5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.

Mengajari anak untuk menjaga kebersihan alat kelamin selain agar bersih dan sehat sekaligus juga mengajari anak tentang najis. Anak juga harus dibiasakan untuk buang air pada tempatnya (toilet training).

Dengan cara ini akan terbentuk pada diri anak sikap hati-hati, mandiri, mencintai kebersihan, mampu menguasai diri, disiplin, dan sikap moral yang memperhatikan tentang etika sopan santun dalam melakukan hajat.

6. Mengenalkan mahram-nya

Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam. Ketentuan ini harus diberikan pada anak agar ditaati.

Dengan memahami kedudukan perempuan yang menjadi mahram, diupayakan agar anak mampu menjaga pergaulan sehari-harinya dengan selain wanita yang bukan mahram-nya. Inilah salah satu bagian terpenting dikenalkannya kedudukan orang-orang yang haram dinikahi dalam pendidikan seks anak.

7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata

Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Namun, jika fitrah tersebut dibiarkan bebas lepas tanpa kendali, justru hanya akan merusak kehidupan manusia itu sendiri. Karena itu, jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur pornografi dan pornoaksi.

8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât

Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa adanya keperluan yang diboleh-kan oleh syariat Islam. Perbuatan semacam ini pada masa sekarang sudah dinggap biasa. Karena itu, jangan biasakan anak diajak ke tempat-tempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan perempuan secara bebas.

9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat

Dinamakan khalwat jika seorang laki-laki dan wanita bukan mahram-nya berada di suatu tempat, hanya berdua saja. Biasanya mereka memilih tempat yang tersembunyi, yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Anak-anak sejak kecil harus diajari untuk menghindari perbuatan semacam ini. Jika dengan yang berlainan jenis, harus diingatkan untuk tidak ber-khalwat.

10. Mendidik etika berhias

Berhias berarti usaha untuk memperindah atau mempercantik diri agar bisa berpenampilan menawan yang dilakukan secara berlebihan, sehingga menimbulkan godaan bagi lawan jenisnya. Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias tidak untuk perbuatan maksiat.

11. Ihtilâm dan haid

Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Adapun haid dialami oleh anak perempuan. Mengenalkan anak tentang ihtilâm dan haid tidak hanya sekadar untuk bisa memahami anak dari pendekatan fisiologis dan psikologis semata.

Jika terjadi ihtilâm dan haid, Islam telah mengatur beberapa ketentuan yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain kewajiban untuk melakukan mandi.

Yang paling penting, harus ditekankan bahwa kini mereka telah menjadi Muslim dan Muslimah dewasa yang wajib terikat pada semua ketentuan syariah. Artinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat.

Itulah beberapa hal yang harus diajarkan kepada anak berkaitan dengan pendidikan seks.


Review Diskusi :

Umur berapa idealnya memisahkan anak laki-laki dan perempuan yg bukan mahram? Anak saya laki-laki 4thn 3bln masih bermain bersama teman sebayanya yg perempuan.

Dalam Islam anak dikatakan bukan mahrom adalah ketika si anak mengerti dan bisa membedakan lawan jenis yg disebut sebagai mumayiz biasanya berumur 7 tahun.
Jd tidak menunggu si anak baligh.
Seorang perempuan yg baligh tdk boleh mmbuka aurat dihadapan anak laki2 mumayiz yg bukan mahrom. Juga laki2 baligh tdk boleh memeluk, mencium dsb kepada anak permpuan mumayiz bukan mahrom

Namun mendidik anak untuk mengenalkan mahrom sebaiknya dilakukan sejak dini supaya pada saatnya nanti anak sdh mengerti dg pergaulan terhadap mahrom dan non mahrom

1⃣ Bagaimana tanggapan teman2 ttg kasus yg lagi viral saat ini: Anak SD Menghamili Anak SMP


2⃣ Bagaimana sikap kita, seandainya anak2 kita tau kasus tersebut dari dari medsos?

Semua fitrah anak SD telah rusak (tapi bukan berarti tidak bisa diperbaiki). Menurut saya dari apa yang saya baca. Keluarga sebagainya tempat pertama anak tersebut belajar tidak nengcover kebutuhan rohani (fitrah keimanan) anak tersebut. Harus segera di tangain oleh orang yang berkompeten misalkan psikolog.
Kalau sudah terlanjur maka tugas kita mengajak diskusi. Perbanyak mendengarkan dan ketika sudah mengetahui pendapat anak, maka kita bisa memberikan pendapat bahwa itu salah. Bisa dikaitkan dengan agama, masa depan anak, dsb

*"Bagaimana cara kita menundukkan pandangan dan tidak berikhtilat?"*


Mulai dari diri kita,  tidak melihat yang tidak seharusnya dilihat serta menjaga interaksi dan komunikasi dg yg bukan mahrom secara baik

Misal di masa gadis suka nonton korea dan msh dilanjurkan sampe udh menikah dan punya anak...katanya sih ini bikin ketagihan
Dari mata trus turun ke baper... Ujung2nya malah memunculkan penyakit hati.  Membayangkan punya pasangan seganteng dan seromantis si artis... Ujung2nya malah jd kufur nikmat. Saat suami kurang romantis,  malah jd baper berandai2 bayangan si oppa hadir Di hadapan 😜

Jadi teringat kisah Rasulullah kecil,  yg Allah jaga utk tidak melihat hal2 yg menimbulkan mudhorot.  Saat di suatu wilayah ada acara besar semacam pasar malam atau pesta rakyat,  Rasulullah kecil yg jg berkeinginan hadir, namun Allah jaga dengan diberikannya rasa kantuk hingga di pagi hari,  sehingga hilanglah peluang Rasulullah kecil saat itu utk melihat hal2 yg buruk (ihfadzillaha yahfadzka)

Sejatinya ini menjadi PR bersama org tua utk menjaga anak2 dr pandangan thd yg tdk baik, misal ketika terlihat ada gambar perempuan dg pakaian seadanya... Kita bisa ajarkan konsep aurat dan rasa malu dg mengatakan "iih malu, jangan dilihat, ga menutup aurat" sambil ngejelasin batas aurat perempuan dan laki2.
Dan yg utama adalah selalu memohon kepada Allah agar Allah sentiasa menjaga pandangan kita pada yg pantas utk kita lihat.

Cara menundukkan pandangan yaitu selalu ingat Allah. Berdoa dan berzikir. Selain itu menjauhi tempat yg banyak mengandung maksiat.

 kalau anak udh mulai paham dan mengerti ttg lawan jenis emang udah di tanamkan pd mereka budaya malu saat cthnya mau berpakaian atau mau buka pakaian engga boleh di keliatan sama temen lawan jenis mereka

 Masalah ikhtilat zaman sekarang mmng agak susah mba untuk mnghindarinya..paling mudah saat kita sholat jamaah dimasjid insnyaAllah itu tdk ikhtilat.
Perkara ikhtilat ini tdk bs secara instan kita terapkan ke anak. Tentu dengan pemahaan bahwa hukum ikhtilat adalah haram. Namun ada tempat yg dibolehkn untuk ikhtilat misalnya masalh pendidikan, muamalh sprt di psar, kesehatan dn peradilan. Kalo bisa diushan tidk ikhtilat lebh baik.
Yg terpenting dr kita adalah mngajarkn anak ttg ketaqwaan  trhdp hukum syara dn ini dilakukan dg kontinyu krena ketika anak paham insyaAllah mudah diaplikasikan. Setidaknya anak mengerti bahwa ikhtilat sesuatu yg tidk baik.
Sedikit tips menghindari ikhtilat
1. Menundukkan pandangan dr lawn jenis yg bukan mahrom
2. Menjaga etika ketika berinteraksi dg lawn jenis yg bukn mahrom
3. Untuk permpuan brhijab syar'i
4. Jngn berkholwat dg lwn jenis tnp mahrom
5. Menjauhi perkara yg merangsng syahwat
6. Bertmu dg lwn jenis dalam hal yg penting2 sj. Misal dlm belajar-mengajar, berobat mengobati, jual beli atau hal2 darurat.

 Berbicara mengenai aurat.. Penting bgt kita mencontohkan klo keluar kamar mandi sehabis mandi sudah dg pakaian lengkap.. Jd kita pun mberi contoh seperti itu utk mjaga aurat. pengkondisian di rumah.. meminimalkan kendala.. seperti menyediakan tempat terjangkau dan kering utk anak berganti pakaian kering di kamar mandi.



#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11


Jumat, 01 Juni 2018

Kupas Tuntas Fitrah Seksualitas Anak 0-2th

Sesuai fitrah seksualitas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.

Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan.

 Jika ia laki2, maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki2.

bagaimana teknis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?

Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya.
***
Usia 0 – 2 tahun
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya.

 Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.

Menyusui, bukan memberi asi.

Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.

Review diskusi :

Di materi, anak usia 0-2 thn harus lebih dekat ke ibunya krna ibu yang telah memiliki keterikatan bathin sejak hamil. Sedang ayah, lbh tegas. Dst.

 Jika si anak hingga usia 7th ke atas masih sangat tergantung pada ibunya (tdk begitu akrab dg ayah), apakah brrti ada yg salah mb? Dan bagaimana menghindari itu?

jawab:
➡Sebelum menjawab, saya coba konfirmasi dulu beberapa hal ya mba. Yang pertama apa jenis kelamin anak? Yang kedua, apa yang dimaksud dengan terlalu bergantung? Apakah semua kebutuhannya perlu dipenuhi ibu? Apakah sama sekali tidak bisa ditinggal ibu, dsb?

Nah dalam konsep FBE pada usia 7 tahun-10 tahun, anak perlu didekatkan dengan orangtua yang memiliki gender sejenis. Dengan harapan, anak akan belajar tentang bagaimana tugas-tugas dan peran sosial dari dirinya di masa depan. Misalnya untuk anak perempuan, sudah mulai diperkenalkan peran-peran ibu sebagai penjaga kesehatan keluarga. Teknisnya anak diajak masak bersama, anak diajak membersihkan rumah bersama, anak diajak merawat anggota keluarga yang sakit, dsb. Sebaliknya, anak laki-laki diperkenalkan peran ayah sebagai seorang penjaga keluarga. Teknisnya anak diajak membetulkan barang yang rusak, melindungi adik atau kakak, dsb. Jadi, kelekatan yang dimaksud di usia ini ada dalam tahap "produktif" karena pada fase ini anak berada pada fase produktif.

 Hingga usia berapa anak masih akan "lengket" dengan ortunya?
Anak saya usia 4,5thn saat berkunjung ke rumah neneknya tidak mau diajak jalan bersama kakek/neneknya jika tanpa saya/ayahnya. Sementara ada anak lain yg sampe mau ditinggal dirumah nenek kakeknya untuk beberapa hari. Apakah ini tanda anak saya terlalu lengket dg ortunya?

jawab:

➡Saya perlu konfirmasi kembali apa yang dimaksud dengan "lengket"? Apakah semua kegiatan perlu dibantu oleh orangtua? Tidak mau lepas sama sekali dan bergaul dengan orang lain?

Dalam frame perkembangan sosial, anak usia 2-4 tahun sudah ada di tahap otonomi. Artinya ada beberapa hal yang bisa dia lakukan sendiri seperti makan, toilet training, membereskan mainan, dsb. Hal ini sejalan dengan konsep fbe dimana anak mulai didekatkan dengan ibu dan ayah. Mengapa? Karena pada masa ini anak tidak hanya membutuhkan kelembutan ibu, tapi juga keberanian dari ayah untuk berani mencoba hal baru dan juga ketegasan dari ayah untuk memberikan batasan-batasan karena anak usia ini sedang dalam tahap eksplorasi.

Di atas usia 2 tahun, sebaiknya anak sudah bisa berani berinteraksi dengan orang lain. Tapi bukan berarti harus bisa ditinggal menginap dengan orang lain (termasuk kakek nenek) selama beberapa hari. Biasanya anak baru bisa ditinggal menginap tanpa orangtua setelah umurnya di atas 7 tahun jika sehari-hari anak tinggal bersama orangtuanya.

Jika dikaitkan dengan masa kehamilan, ibulah "dunia" tempat anak tinggal karena seorang ibu dititipi rahim sebagai alam pemelihara
 Bahkan dalam salah satu teori tentang perkembangan keluarga, dikatakan bahwa peran ayah tidak selalu berhubungan langsung secara fisik dengan anak. Tapi lebih memfasilitasi ibu. Misalnya memberi kesempatan ibu untuk berbelanja keperluan anak dan memfasilitasinya bahwa peran ayah tidak selalu berhubungan langsung secara fisik dengan anak. Tapi lebih memfasilitasi ibu.

bahwa peran ayah tidak selalu berhubungan langsung secara fisik dengan anak. Tapi lebih memfasilitasi ibu.

Apa masalah menyusui dan mengandung ya maksudnya?

Jawab

➡Salah satu rujukan bersumber dari buju Merriage and family development penulis Duvall

Dibuku ini dikatakan bahwa seorang ibu memiliki peran lebih benyak dalam pengasuhan bayi secara fisik, karena ibu yang melahirkan, menyusui, dan mengurus keperluan sebagian besar anak

Klo kondisi ibu sdg depresi kan bs nular ke baby. Apakah ada referensi/penelitian yg menyebutkan ttg dampak bayi yg diasuh oleh ibu yg depresi tsb?
Kr usia 0-2thn ini kan usia blm lancar komunikasi.

➡ Untuk referensi atau penelitiannya ada. Biasanya dibahas dalam fenomena tentang "babyblues". Komunikasi yang disampaikan anak biasanya tidak melalui verbal, tapi non verbal seperti sering membenturkan kepala, terlambat berbicara, atau perilaku negatif lainnya

tergantung maksudnya segala sesuatu keperluannya disiapkan oleh ibu.
Tak bisa hidup tanpa ibu.
Ini sebenernya saya melihat ada saudara yg mengalami. Dan saya belajar, bagaimana agar tidak begitu

Lengket maksudnya hanya mau ditemani/dibersamai oleh saya atau ayahnya. Main dg anak lain mau, selama anak merasa yakin ibu ayahnya ada (tidak ditinggal).
Setelah baca jawabannya, saya merasa tenang.. krna dari ciri2 yg disebutkan sepertinya anak saya masih lengket yg tahap aman

Pernah baca kata bu sarra, ibu perlu melatih sesekali jaga jarak dg anak (untuk usia under 5). Agar jika si ibu meninggal, anak tetap bs hidup. Tidak terlalu patah hati krna terlalu tergantung.



#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

LGBT, Waspada, Cegah, Tangkal!

Dalam Islam LGBT dikenal dengan dua istilah, yaitu Liwath (gay) dan Sihaaq (lesbian). Liwath (gay) adalah perbuatan yang dilakukan oleh laki-laki dengan cara memasukan dzakar (penis)nya kedalam dubur laki-laki lain. Liwath adalah suatu kata (penamaan) yang dinisbatkan kepada kaumnya Luth ‘Alaihis salam, karena kaum Nabi Luth ‘Alaihis salamadalah kaum yang pertama kali melakukan perbuatan ini (Hukmu al-liwath wa al-Sihaaq, hal. 1). Allah SWT menamakan perbuatan ini dengan perbuatan yang keji (fahisy) dan melampui batas (musrifun). Sebagaimana Allah terangkan dalam al Quran:
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُمْ بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِنَ الْعَالَمِينَ ( ) إِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ الرِّجَالَ شَهْوَةً مِنْ دُونِ النِّسَاءِ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُونَ ( )
“Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melampiaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, bahkan kamu ini adalah kaum yang melampaui batas.” (TQS. Al ‘Araf: 80-81)
Sedangkan Sihaaq (lesbian) adalah hubungan cinta birahi antara sesama wanita dengan image dua orang wanita saling menggesek-gesekkan anggota tubuh (farji’)nya antara satu dengan yang lainnya, hingga keduanya merasakan kelezatan dalam berhubungan tersebut (Sayyid Sabiq, Fiqhu as-Sunnah, Juz 4/hal. 51).
Hukum Sihaaq (lesbian) sebagaimana dijelaskan oleh Abul Ahmad Muhammad Al Khidir bin Nursalim Al Limboriy Al Mulky (Hukmu al liwath wa al Sihaaq, hal. 13) adalah haram berdasarkan dalil hadits  Abu Said Al Khudriy yang diriwayatkan oleh Al Imam Muslim (no. 338), At-Tirmidzi (no. 2793) dan Abu Dawud (no. 4018) bahwa Rasulullah SAW berkata:
«لاَ يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ وَلاَ يُفْضِى الرَّجُلُ إِلَى الرَّجُلِ فِى ثَوْبٍ وَاحِدٍ وَلاَ تُفْضِى الْمَرْأَةُ إِلَى الْمَرْأَةِ فِى الثَّوْبِ الْوَاحِدِ».
“Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita melihat aurat wanita lain. Dan janganlah seorang laki-laki memakai satu selimut dengan laki-laki lain, dan jangan pula seorang wanita memakai satu selimut dengan wanita lain”
Terhadap pelaku homoseks, Allah SWT dan Rasulullah SAW benar-benar melaknat perbuatan tersebut. Al Imam Abu Abdillah Adz-Dzahabiy -Rahimahullah- dalam Kitabnya “Al Kabair” [hal.40] telah memasukan homoseks sebagai dosa yang besar dan beliau berkata: “Sungguh Allah telah menyebutkan kepada kita kisah kaum Luth dalam beberapa tempat dalam Al Quran Al Aziz, Allah telah membinasakan mereka akibat perbuatan keji mereka. Kaum muslimin dan selain mereka dari kalangan pemeluk agama yang ada, bersepakat bahwa homoseks termasuk dosa besar”.
Hal ini ditunjukkan bagaimana Allah SWT menghukum kaum Nabi Luth yang melakukan penyimpangan dengan azab yang sangat besar dan dahsyat, membalikan tanah tempat tinggal mereka, dan diakhiri hujanan batu yang membumihanguskan mereka, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al Hijr ayat 74:
فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيل.
“Maka kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras”
Secarah fitrah, manusia diciptakan oleh Allah SWT berikut dengan dorongan naluri dan jasmaninya. Salah satu dorongan naluri manusia adalah naluri untuk melestarikan keturunan yang diantara manifestasinya merupakan rasa cinta dan dorongan seksual antara lawan jenisnya.
Pandangan pria terhadap wanita begitupun pandangan wanita terhadap pria merupakan pandangan untuk melestarikan keturunan bukan pandangan seksual semata. Tujuan diciptakan naluri ini adalah untuk melestarikan keturunan dan hanya bisa dilakukan oleh pasangan suami isteri. Bagaimana jadinya jika naluri untuk melestarikan keturunan ini dilakukan dengan pasangan yang sesama jenis? Dari sini sudah sangat jelas bahwa homoseks sangat bertentangan dengan fitrah manusia.
Oleh karena itu, sudah dapat dipastikan akar masalah munculnya penyimpangan kaum LGBT ini adalah dikarenakan ideologi sekularisme yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Indonesia. Sekularisme adalah ideologi yang memisahkan antara agama dan kehidupan.
Masyarakat sekuler memandangan pria atau wanita hanya memiliki sebatas hubungan seksual semata.Oleh karena itu, mereka dengan sengaja menciptakan fakta-fakta yang menyimpang dari ajaran agama. 
Mereka menganggap tidak ada pemuasan naluri ini akan mengakibatkan bahaya pada manusia, baik itu secara fisik ataupun fisik. Tindakan tersebut menjadi suatu keharusan karena sudah menjadi bagian dari sitem dan gaya hidup mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Tidak puas melampiaskan hasrat kepada lawan jenis, akhirnya pikiran liarnya berusaha untuk mencari kepuasan yang lainnya melalui hubungan seks sesama jenisnya bahkan dengan hewan sekalipun Hal ini merupakan kebebasan bagi mereka. Benarlah Allah SWT berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالإنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالأنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (TQS Al ‘Araf: 179)

Review diskusi :

Di materi disampaikan bhw salah satu penyebab LGBT adl genetik. Bagaimana agar poin ini tdk mjd argumen pembenaran pelaku LGBT? Genetik adl sesuatu yg tdk bs kita ubah2 sesuka hati..

Terima kasih mba atas pertanyaannya. Hal tersebut memang yang menjadi pembenaran para kaum LGBT beserta pendukung nya. 
Faktor genetik memang menjadi kontributor terbentuknya individu menjadi seorang lesbi, gay, biseksual atau transgender sebagaimana yang digarisbawahi oleh kaum LGBT. Namun demikian, bukan berarti otomatis membuatnya sebagai LGBT. Pola asuh orang tua menjadi faktor terpenting dalam membentuk dan mewarnai sosok anak.
 
Bagaimana itu tidak menjadi pembenaran mereka? Harus kembali kepd mereka masing2, apakah mereka ingin berubah dan sembuh. Apabila iya, maka tidak akan ada lagi pembenaran 2 atas penyimpangan tsb. 
 
Kira2 bagaimana mengontrol teman anak dalam bergaul?anak yg dirumah masih bisa kita lihat, tp ketika di luar rumah bnyk bgt tmnnya.
Karena sy pernah dpt fakta ketika dia dirumah dia keluhatan nurut aja sm ortunya jadi anak ygbmanis dn penurut.
Ternyata ketika di sekolah dia suka bertama dg 1 orng permpuan yg itu mmng cantiiiik sekali..dan dia bilang suka dg anak itu..

Hehe.. anak-anak zaman now ya mba..
Memang sulit mengontrol lingkungan luas diluaran sana. Kita tidak bisa juga memenjarakan anak terus menerus di dalam rumah. Tiada yang lain selain melakukan pencegahan dini. Pencegahan dari dalam rumah sudah dipaparkan ya mba pada presentasi. Seperti menjadi sahabat bagi anak sehingga mereka akan menceritakan apapun kepada orang tua, mengokohkan nilai agama, menjadi panutan yang baik, dan sebagainya.

 Bgmn cara menghapus LGBT?

LGBT ini memang sudah sangat meluas. Sehingga sudah tidak terbendung lagi, hal ini bisa kita lihat dari beberapa negara yang melegalkan LGBT. Para penegak hukum di Indonesia sudah membuat UU tentang pencegahannya. Lalu apa yg bisa kita buat? Lagi-lagi pencegahan secara dini. Kita bisa mulai dari rumah

Mengenai LGBT. Misalnya gay, jika ada sanak saudara yang sudah terkena penyakit tersebut dan keluarga terdekat sudah angkat tangan. Bagaimana siap kita? Bagaimanakah perlindungan kita terhadap anak kita jika yang bersangkutan misal mendatangi kita untuk bersilaturahmi (entah dengan maksud dan tujuan apa)? Apa kita perlu menutup diri melihat pihak keluarga terdekat juga sudah tidak menganggap yang bersangkutan sebagai anak.

"Nabi shallallahu alaihi wasallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang meyerupai laki-laki dan beliau berkata : “keluarkan mereka dari rumah-rumah kalian” dan beliau Shalallahu ‘alaihi wassallam mengeluarkan fulan dari rumah beliau dan umar mengeluarkan fulan .” (HR. Al-Bukhari)"
Saya fikir tidak ada pilihan lain selain menjauhi

Apakah mis: perempuan bs mjadi/ttular lgbt krn tdk mdapatkan tauladan/fitrah  yg baik dr sang ayah sbg contoh ptama yg dia liat.

Lagi-lagi pola asuh yang baik, teladan yang baik dari orang tua menjadi pertahanan untuk anak kita. Jadi jika anak tidak mendapatkan nya dari lingkungan terdekat, bisa jadi hal tsb terjadi. 

Serius ya, utk topik ini dimanapun medianya, saya cuma banyak2 berdoa dan membentengi diri dan keluarga. Tidak mau berani terang2an frontal. Pernah seorang teman saya cukup vokal berbicara di medsos ttg hal ini, dan lalu dihujani doa oleh para aktivis dan pegiat dan pembela kalangan ini yang tdk baik utk keluarganya. Dan yang dia khawatirkan adalah keluarga dia malah jadi sorotan target supaya ditulari penyimpangan itu juga. Astaghfirullah... pertanyaan saya, bagaimana kita mengajarkan anak kita bersikap jika menemukan sikap yang menyimpang dari kelompok tsb? Misal di perempatan melihat banci yang mengamen.

Menurut literatur, Tidak ada pemakluman. artinya jika itu salah maka harus dijelaskan salah. biar anak tidak bingung. Disinilah pentingnya pendampingan orang tua. Dalam televisi sering diperlihatkan sesuatu yg menyimpang dan dibuat headline artinya memang dibuat lucu2an. nah, jangan sampai anak juga merasa lucu dengan hal yang salah. karena jika sudah merasa lucu, akan terbiasa dan memaklumi. dan akhirnya pembenaran yang muncul. 

Pencegahan dini dari rumah lagi-lagi yang harus dikuatkan. Karena apabila anak sudah memiliki pengetahuan yang utuh, akhlak yang baik, maka iapun akan membentengi diri. Misal dengan menghindarinya, menjauhinya atau meninggalkannya.

Selalu dlm Pendmpingan orang tua untuk mengajarkan keimanan dn ketaqwaan ya 

 Memang penting banget menjadi teman bagi anak2 kita tentunya. Menyampaikan  fitrah seksualitas sesuai usia dan mengajarkan anak2 ttg sadar gender jg bisa salah satu cara utk memahamkan anak ttg bahaya LGBT menurut saya .
 Kurangnya tindakan tegas dari pemerintah jg menjd jalan bagi komunitas LGBT utk trs berkoar coba kalau hukum di negara kita bisa keras thd hal seperti secara otomatis mereka jg engga bisa suka hati terang2an publikasi diri ttg jati diri mereka. 




#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11

Pendidikan Seksualitas berbasis fitrah
Ada tiga tujuan utama yang ingin dicapai pada pendidikan fitrah seksualitas :

1. membuat anak mengerti tentang identitas seksualnya. Anak bisa memahami bahwa dia itu laki-laki ataupun perempuan.

2. mengenali peran seksualitas yang ada pada dirinya. Anak mampu menempatkan dirinya sesuai peran seksualitasnya.

Seperti cara berbicara, cara berpakaian atau merasa, berpikir dan bertindak.

Sehingga anak akan mampu dengan tegas menyatakan “saya laki-laki” atau “saya perempuan”.

 3. mengajarkan anak untuk melindungi dirinya dari kejahatan seksual.

Bagaimana cara membangkitkan fitrah seksualitas pada anak?

-Membangkitkan fitrah seksualitas anak bisa dimulai sejak mereka dilahirkan.

-Pada framework pendidikan berbasis fitrah, membangkitkan fitrah seksualitas pada anak berbeda menurut tahap usia anak masing-masing.

Lalu bagaimana mendidik fitrah seksualitas?

Inti mendidik fitrah seksualitas adalah terbangunnya attachment (kelekatan) serta suplai ke ayahan dan suplai keibuan.

Usia 0-2 tahun – merawat kelekatan (attachment) awal

Anak lelaki atau anak perempuan didekatkan kepada ibunya karena ada masa menyusui. Ini tahap membangun kelekatan dan cinta.

Usia 3-6 tahun – menguatkan konsep diri berupa identitas gender

Anak lelaki dan anak perempuan di dekatkan kepada ayah dan ibunya secara bersama. Usia 3 tahun, anak harus dengan jelas mengatakan identitas gendernya. Misaonya anak perempuan harus berkata “bunda, aku perempuan”, sebaliknya juga anak lelaki.

Jika sampai usia 3 tahun masih “bingung” identitas gendernya, ada kemungkinan sosok ayah atau sosok ibu tidak hadir. Inilah tahap penguatan konsep identitas gender pada diri anak

Pada tahap ini praktek “toileting”, dapat dijadikan juga sarana menumbuhkan fitrah seksualitas berupa penguatan konsep diri atau identitas gendernya

Usia 7-10 tahun – menumbuhkan dan menyadarkan potensi gendernya

Ini tahap menumbuhkan identitas menjadi potensi. Dari konsepsi identitas gender menjadi potensi gender. Dari keyakinan konsep diri sebagai lelaki dan sebagai perempuan, menjadi aktualisasi potensi diri sebagai lelaki atau potensi diri sebagai perempuan pada sosialnya.

Karenanya di tahap ini, anak lelaki lebih didekatkan kepada ayah, agar mendapat suplai “kelelakian” atau maskulintas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sosial kelelakian, misalnya diajak ke masjid, diajak naik gunung, diajak olahraga yang macho, dll.

Para ayah sebaiknya mulai berusaha menjadi idola anak lelakinya, dengan beragam kegiatan maskulin bersama, sampai anak lelakinya berkata aku ingin menjadi seperti “ayah”.

Lisan dan telinga ayah harus nampak sakti bagi ana lelakinya. Ayah harus menjadi penutur hebat bagi anak lelakinya dengan narasi narasi besar sejarah dan peradaban serta peran keluarganya dalam menyelesaikan masalah ummat atau menghidupkan potensi ummat dalam pentas peradaban.

Ayah juga yang harus menjelaskan tentang “mimpi basah” dan fiqh kelelakian, seperti mandi wajib, peran lelaki dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dstnya ketika anak lelakinya menjelang usia 10 tahun

Anak lelaki yang tidak dekat dengan ayahnya atau kekurangan suplai maskulinitas akan mengalami permasalah peran kelelakian ketika dewasa.

Sejalan dengan di atas, pada tahap ini, anak perempuan lebih didekatkan kepada ibunya, agar mendapat suplai “keibuan” atau suplai feminitas, melalui interaksi aktifitas dengan peran peran sejati sosial keperempuanan, misalnya merawat keluarga, memasak, menjahit, menata rumah, menata keuangan dstnya.

Para Bunda, disarankan berhenti “catering” dan “menjahit sendiri”, tunjukan pada anak perempuan bahwa tangan dan kaki bunda “sakti”. Jadikan “mukena” pertamanya adalah jahitan tangan ibunya sendiri.

Sederhana bukan?

Para Bunda sebaiknya mulai berusaha menjadi idola bagi anak perempuannya, sampai ia berkata. “Aku ingin seperti bunda, keren banget”.

Bunda juga yang harus menjelaskan tentang “haidh” dan fiqh perempuan, seperti mandi wajib, peran wanita dalam masyarakat, konsep tanggungjawab aqilbaligh, pokok aqidah dstnya ketika anak perempuannya menjelang usia 10 tahun

Anak perempuan yang tidak dekat dengan Ibunya atau kekurangan suplai “feminitas” pada tahap ini, diragukan akan menjadi perempuan sejati atau ibu yang baik kelak.

Usia 11-14 Tahun – Mengokohkan Fitrah Seksualitas

Setelah fitrah seksualitas kelelakian dari anak lelaki dianggap tuntas bersama ayahnya, kini saatnya anak lelaki lebih didekatkan kepada ibunya, agar dapat memahami perempuan dari cara pandang seorang perempuan atau ibunya.

Anak lelaki harus memahami “bahasa cinta” perempuan lebih dalam, karena kelak dia akan menjadi suami dari seorang perempuan yang juga menjadi ibu bagi anak anaknya.

Anak lelaki yang tidak lekat dengan ibunya pada tahap ini, berpotensi untuk menjadi “playboy”, dan kelak menjadi suami yang berpotensi kasar, kurang empati dstnya

Begitupula sebaliknya, setelah fitrah seksualitas keperempuanan dari anak perempuan dianggap tuntas bersama ibunya, kini saatnya anak perempuan lebih didekatkan kepada ayahnya, agar dapat memahami lelaki dari cara pandang seorang lelaki.

Anak perempuan harus memahami “bahasa seorang lelaki” secara mendalam, karena kelak dia akan menjadi istri dari seorang lelaki yang juga menjadi ayah dan imam bagi keluarganya.

Anak perempuan yang tidak dekat dengan ayahnya di tahap ini, kelak menurut riset berpeluang 6 kali menyerahkan tubuhnya kepada lelaki yang dianggap sosok ayahnya.

Anak perempuan yang dekat dengan ayahnya, secara alamiah memiliki mekanisme bertahan untuk mampu membedakan mata lelaki baik dan mana lelaki buruk dalam kehidupan sosialnya.

Catatan: Kasus anak yang dipisahkan dari ayah Ibunya terlalu cepat sebelum aqilbaligh (usia 15 tahun), baik karena peperangan, bencana, perceraian maupun karena dikirim ke boarding school, menurut banyak riset akan mengalami penyimpangan seksualitas. Kasus LGBT juga banyak terjadi di Pondok Pesantren dengan korban anak anak yang belum aqilbaligh.

Usia >15 tahun

Ini masa dimana fitrah seksualitas kelelakian matang menjadi fitrah peran keayahan sejati, dan fitrah seksualitas keperempuanan matang menjadi peran keibuan sejati.

Wujudnya adalah kesiapan untuk memikul beban rumahtangga melalui pernikahan, membangun keluarga, menjalani peran dalam keluarga yang beradab pada pasangan dan keturunannya.




#fitrahseksualitas
#learningbyteaching
#bundasayangsesi11